Sebagaimana senja senantiasa menyapa manusia, sebagaimana gemintang senantiasa menemani rembulan. Sebagaimana puisi yang berkasih sayang. Begitupula aku yang merangkulmu, pada cinta untuk kembali pulang.
Aku selalu berhasil menulis semua keindahan yang ada, namun tidak dengan dirimu. Ujung penaku seakan tak mampu untuk menuliskan akhir dari sebuah cerita.
Kekasih, dalam masa yang entah kapan aku pun tak mengetahuinya. Namun, amatilah gunung-gunung yang senantiasa bergerak itu, amatilah langit yang sering kali tampak begitu dekat, amatilah lautan yang mulai beranjak naik. Dan, amatilah aku hingga engkau lelah serta berpaling dari pada aku.
Langit akan selalu mendung, bukan karena mentari tak mau menyapa, akan tetapi ia enggan. Sebab, sebahagian dari cahayanya telah menetap pada dirimu.
Aku selalu larut pada keindahanmu, tidak cukup bagiku hanya menguntai kata perihal dirimu, pesonamu bak gemintang yang memberi kesejukan, gemulaimu bak rembulan yang selalu bersinar tatkala gelap bermunculan.