Setiap hari orang-orang sibuk meludah kata, tanpa tahu bagaimana cara mengunyahnya. Setiap hari orang-orang sibuk berkumur-kumur kata, tanpa tahu bagaimana cara menelannya.
Apapun bentuknya, kata tetap kata, ia punya sihir terhadap para pembacanya.
Lewat kata, aku melihat telaga di matamu. Darinya, aku mendengar arus di pipimu. Olehnya, aku merasakan ramai kesepianmu. Katanya, dunia ini sudah luber akan kata-kata, dan itu; Iya. Tetapi, bagaimana puisi berkata tanpa kata? Api tanpa nyala. Sial! Aku ditimpa cinta hanya dari potongan kata. Cinta dan kata: Dua hal fana. Sebrengsek-brengseknya kata, paruh tetap butuh berkata. Bisakah cintaku tumbuh pada tubuhmu dari tiadanya kata?